BERITA RIAU, ROKAN HILIR - 42 warga Rokan Hilir terkena penyakit filariasis (kaki gajah). Pemkab setempat memasuki empat tahap pengobatan mulai tahun 2012, dan akan melaksanakan pencanangan makan obat serentak 1 Oktober 2015.
Hal tersebut diungkapkan Bupati Suyatno, Rabu (30/9/15) ketika meninjau dua pasien filariasis di Posyandu Bunga Tanjung, Kepenghuluan Lenggadai Hilir, Kecamatan Rimba Melintang, didampingi Ketua DPRD Nasrudin Hasan.
Dua penderita bernama Mahidin dan Ahmad Dahlan, sempat berdialog dengan Suyatno dan Nasrudin, ternyata mereka sudah terkena penyakit itu sejak usia muda, dan keluarganya tidak ada yang tertular.
“Khusus pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sudah empat tahap, mulai dari tahun 2012, sudah melakukan gerakan-gerakan bersifat sosial kemasyarakatan, khususnya, masyarakat terkena penyakit filariasis ini. Data terakhir yang kita peroleh dari Dinas Kesehatan, mencapai 42 orang se-Kabupaten Rokan Hilir. Insya Allah besok (1/10/15), pencanangan secara serentak di Kabupaten Rokan Hilir,” kata Bupati Suyatno.
Tidak hanya sekedar pencanangan makan obat massal filariasis, Bupati Suyatno juga diagendakan melakukan teleconference dengan Presiden Jokowi terkait filariasis.
Disamping itu, Bupati Suyatno juga minta melalui tenaga medis senantiasa melakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar yang sudah terkena penyakit itu, melakukan pengobatan secara kontiniu agar tidak merebak kemana-mana.
Dia juga minta masyarakat membersihkan lingkungan, karena salah satu penyebab filariasis berasal dari cacing yang ditularkan melalui nyamuk, akibat lingkungan kurang bersih.
Sehingga melalui camat, datuk penghulu, agar memotori masyarakat melaksanakan gotong royong bersama.
Sementara itu, Eriani, Bidan Desa, Lenggadai Hilir menjelaskan, pembagian obat filariasis memasuki tahap keempat, dan menunggu tahap kelima saja, agar mampu membunuh penyebab filariasis sampai kesel-sel kulit.
“Lima tahun itu, nanti kita ambil darah tepi, dijari, nanti kita lihat, apabila dia sudah negatif. Kalau masih positif masih ada kumannya, berobat sendiri. Sekarang dibiayai dunia, kalau juga terdapat, kita kena embargo, ngak bisa melakukan perjalanan keluar negeri, karena dianggap membawa kuman,” ujarnya.
Untuk dua pasien Mahidin, Ahmad Dahlan, sudah membesar kakinya, apabila timbul gejala demam, diobati demamnya, namun untuk sembuh sebagaimana awalnya, tidak bisa lagi.
“Makanya begitulah kerasnya pemerintah, khususnya orang kesehatan untuk memberantas kumannya Pak. Kan kasihan Pak, sampai cacat permanen seperti itu,” tutupnya.(dod/adv)